Sukanto Tanoto lahir pada 25 December 1949 merupakan pengusaha Indonesia yang memulai usaha di industry pengolahan kayu. Sukanto Tanoto merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara.Ayahnya adalah seorang imigran dari kota Putian, provinsi Fujian, daratan Tiongkok. Pada tahun 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh rejim Orde Baru, Presiden Suharto. Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok.
Setelah sang ayah meninggal secara mendadak, Sukanto Tanotolah yang harus menjalankan bisnis keluarga. Secara bertahap Sukanto Tanoto mengembangkan bisnisnya mulai dari perdagangan umum hingga memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional. Sukanto Tanono merupakan pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal di bangku sekolah. Ia belajar bahasa Inggris kata demi kata menggunakan kamus bahasa Tiongkok – Inggris dan akhirnya mampu mengikuti sekolah bisnis di Jakarta pada pertengahan tahun 1970. Ia kemudian melanjutkan belajar di INSEAD di Fontainebleau, Perancis. Pada saat terjadi krisis minyak di tahun 1972 yang menyebabkan harga minyak dunia melambung, Sukanto Tanoto mendapatkan keuntungan dari bisnis kliennya yang berkembang secara pesat. Dengan tambahan modal usaha, Sukanto Tanoto mengalihkan perhatiannya pada bisnis yang berbeda di tahun 1973, pada saat itu Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal.
Pada tahun 2013, dia adalah salah satu pengusaha terkaya di Indonesia dengan nilai aset sebesar 2,3 milyar dollar. Berawal sebagai pemasok peralatan dan kebutuhan bagi perusahaan minyak negara Pertamina, Sukanto Tanoto merintis usaha di bidang kehutanan pada tahun 1972. Kepentingan bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the Royal Golden Eagle International (RGEI), yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas.Memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) negara secara optimal dan mampu mendatangkan profit tentu bukan hal yang mudah. Banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan agar dapat memanfaatkan SDA tanpa menimbulkan kerugian bagi negara.
Pengolahan yang baik didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) akan mewujudkan pengelolaan SDA negara secara optimal. Dari sekian banyak pebisnis yang mampu melakukan hal tersebut, salah satunya adalah Sukanto Tanoto. Dialah sang pebisnis sukses yang merajai sektor kertas dan kelapa sawit di Indonesia.
Mencari Sukses Dengan Merantau
Setelah memutuskan untuk pindah dari Belawan ke Medan, Sukanto melanjutkan bisnis onderdil mobil dan mulai mengembangkan bisnis seputar general contractor dan supplier. Awal mula Sukanto terjun ke bisnis general contractor ketika ia bertemu dengan Sjam, pejabat Pertamina dari Aceh. Saat itu Sukanto langsung mengiyakan tawaran untuk berbisnis di bidang contractor. Ia sempat membangun rumah dan instalasi pipa di Pangkalan Brandan serta sempat pula membangun lapangan golf di Prapat.
Sukses dengan bisnis kayu lapis asli buatan dalam negeri, Sukanto mulai merambah ke bidang bisnis pulp, kertas dan rayon serta mulai memasok bibit unggul pohon penghasil pulp ke Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang pulp dan kertas tersebut diberi nama PT. Inti Indorayon Utama (IIU). Namun karena dinilai mencemari lingkungan danau Toba dengan limbah pulp , PT IIU tersebut sempat ditutup.
Kejadian ditutupnya PT. Inti Indorayon Utama menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Sukanto. Ia lantas mulai mendirikan pabrik baru di Riau yang diberi nama Riau Pulp. Disana ia mulai membuka hutan tanaman industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon kabarnya merupakan pabrik pulp terbesar di dunia. Di Riau, Sukanto juga mulai mengajak masyarakat setempat untuk membentuk komunitas pengembangan yang memprakarsai pembuatan jalan, penggemukan sapi, pertanian serta berbagai aksi bermanfaat lainnya.
Sukanto Tanoto kini memiliki banyak bisnis diluar bisnis pulp dan kayu lapis. Ia memiliki bisnis bank, bisnis properti serta perkebunan kelapa sawit. Sempat dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada tahun 2006 tidak membuat Sukanto Tanoto berhenti untuk belajar. Bahkan tahun ini dengan kekayaan $ 2,2 miliar, ia masih bertahta di peringkat 7 orang di Indonesia.
Ia gemar sekali membaca buku dan selalu membawa buku kemanapun ia pergi. Tak jarang pula ia mengambil cuti untuk mengikuti berbagai kursus singkat. Ia menganggap dirinya adalah siswa profesional abadi yang tak akan pernah berhenti belajar untuk mendapatkan ilmu-ilmu dan inspirasi baru bagi kemajuan dirinya. Tak pernah berhenti belajar adalah salah satu pelajaran berharga yang mampu diberikan Sukanto Tanoto untuk memotivasi semangat generasi muda Indonesia.
Comments
Post a Comment